SELAMAT DATANG DI ALUMNI SMPN 1 KEDUNGADEM

Saturday, April 9, 2011

TIPS RINGAN HADAPI UJIAN NASIONAL


1. SEBELUM UJIAN

Mengingat ujian tinggal beberapa bulan lagi usahakan ketika belajar di kelas belajar kelompok atau belajar di tempat les anda harus benar benar fokus, boleh kadang bercanda hanya sekedar untuk melepas penat dan biarlah otak kita beristirahat sejenak.

Keduanya rajin-rajinlah latihan mengerjakan soal atau ikut tryout, hal ini bisa melatih mental kita dan kita bisa tahu siapa siapa saja saingan kita, hal ini berguna banget buat menyiapkan diri waktu ujian baerlangsung, tapi jangan menyontek. kalau menyontek waktu tryout atau melihat ujian sama saja bohong buat apa ikut tryout cape cape bayarnya juga mahal pula tapi yang kalian cari hanya peringkat tinggi di tryout tadi hanya sekedar untuk gengsi, kerjakan sendiri saja apapun hasilnya ini untuk mengukur kemampuan kita sendiri.

Jangan lupa refreshing buat penyegaran otak biar tidak stres tapi jangan keterusan, usahakan refreshing ke tempat rekreasi alam bisa bersama teman atau keluarga jangan malah cuma ngenet atau maen game di rumah…

Jangan lupa olahraga biar tidak gampang sakit, rajin beribadah penting banget itu untuk mententramkan hati kita, sering sering konsultasi ke guru atau orang tua tentang pelajaran atau tentang informasi di perkuliahan.

2. WAKTU UJIAN

Malam sebelum ujian sebaiknya jangan belajar yang terlalu berat. gunakan waktu ini hanya untuk mengingat kembali materi yang telah kita kuasai dan jangan mencoba belajar materi yang sama sekali tidak kita kuasai.

Yakinllah bahwa bekal yang kalian siapkan untuk ujian sudah cukup dan selalu berdoa.

Bangunlah lebih awal pada hari H sekedar hanya untuk sholat agar di beri kekuatan yang besar untuk menghadapi soal soal hari ini sesulit apapun itu bagi yang muslim.

Jangan lupa sarapan sebelum berangkat dan minta doa restu dari orangtua di jamin bakal tenang dan jangan sampai telat.

Pastikan semua perlenkapan ujian telah siap jangan sampai ada yang ketinggalan, kalau ada hal yang terlupa bisa di pastikan hal ini akan membuat anda panik dan jadi down sebelum ujian.

Waktu terima soal ujian cobalah untuk tersenyum seburuk apapun soalnya nanti dan sejelek apaun penjaga di ruang ujiannya, kalau bisa ketawa ketawa saja di buat rileks.

jangan lupa berdo’a sebelum mengerjakan, nikmatilah detik detik ketika anda mengerjakan soal demi soal, jangan di buat stres dengan soal soal yang sulit di buat senyum saja ketika ada soal sulit, di hitung pelan pelan kalau tidak bisa tinggalin saja ganti soal yang lain, tapi ingat waktu, setelah selsai jangan lupa mengecek kelengakapan identitas di lembar jawaban, ini penting banget hukumnya fardhu’ain jgn lupa berdo’a setelah selesai.

3. SETELAH UJIAN

Jangan pernah membahas soal yang telah anda kerjakan karena hal ini tidak akan merubah apapun justru anda akan kecewa ketika nantinya anda tahu ada jawaban anda yang salah (so keep convident but don’t over convident).

Ingat yang mengoreksi lembar jawaban kita sebenarnya bukanlah scanner atau petugas koreksi atau yang lainnya, yang mengoreksi jawaban kita sebenernya adalah Tuhan kita, Allah SWT. Dia menilai apakah kita pantas mendapatkan hasil yang maksimal atau tidak Allah akan menilai usaha kita dalam menempuh ujian ini.

Hal yang terpenting adalah usaha kita soal hasilnya kita serahkan kepada Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang…
Dia lah yang tahu yang terbaik untuk kita…

Terima kasih telah membaca artikel tentang “Tips Menghadapi UN (Ujian Nasional) 2011″ di atas semoga bermanfaat untuk anda dan selamat mencoba semoga berhasil

Thursday, February 17, 2011

Siswa SMP Penemu Anti Virus ARTAV Dapat Beasiswa Kuliah di ITB

Hidayatullah.com--Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, yang juga Ketua Ikatan Alumni ITB, mengungkapkan kebanggaannya atas prestasi inovator cilik, asal Bandung, Arrival Dwi Sentosa. Sebagaimana diketahui, siswa kelas dua SMP 48 di Bandung ini telah berhasil menciptakan salah satu program anti-virus terbaik di Indonesia berama ARTAV.

Menurut Hatta, pemerintah harus mendorong, memotivasi dan mengembangkan kreativitas anak-anak Indonesia yang berpotensi turut berperan dalam industri kreatif di masa depan.

ARTAV AntiVirus, bagi sebagian masih asing, karena ARTAV memang masih baru di banding SmadAV. Walau masih baru tapi ternyata ARTAV juga sangat mumpuni dalam melawan virus lokal ataupun global.

Bermula dari kekesalan karena virus kerap menyerang komputernya, Arrival Dwi Sentosa, berinisiatif menciptakan program anti-virus sejak awal 2009 lalu. Anti-virus tersebut ia buat dengan belajar secara otodidak dari berbagai sumber buku untuk pemula. Arrival yang sama sekali tidak memiliki latar belakang khusus di bidang teknologi informatika ini kemudian menamakan anti-virus ciptaannya dengan nama unik, "Nyit-Nyit.

"Tapi, seiring dengan banyaknya pengunduh yang berasal dari dalam dan luar negeri. Arrival kemudian mengganti nama antivirus ciptaannya dengan nama ARTAV, singkatan dari Arrival dan Taufik. Taufik adalah nama sang kakak yang turut membantu dalam hal desain anti-virus tersebut.

“(Programnya) saya buat dalam waktu sekitar satu tahun. Jadi, saya pribadi dulu (yang pakai) waktu itu, lalu saya kasih ke teman. Teman saya bilang bagus, lalu saya publikasikan ke internet”.

Hingga kini, sudah lebih dari 1,3 juta orang dari dalam dan luar negeri mengunduh anti-virus ARTAV. Beberapa negara yang sudah mengunduh anti-virus ini di antaranya Malaysia, India, Perancis, Jerman dan AS. Anti-virus lokal terbaik ketiga di Indonesia ini mampu melumpuhkan sekitar 1.031 jenis virus lokal dan internasional yang sering menyerang komputer.

Berkat prestasinya ini, Arrival diundang oleh civitas akademika Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk menyampaikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa, dosen dan pakar telematika Indonesia.

Pakar telematika Indonesia yang juga anggota Komisi I DPR RI, Roy Suryo, menyebut pola pikir Arrival sudah melebihi anak-anak seusianya. Arrval tidak hanya sekadar menjadi pengguna, tapi juga berpikir untuk menciptakan sesuatu.

“Kalau lihat alasan dia membuat antivirus (adalah) gara-gara dulu pernah terkena virus. Biasanya kalau kena virus kita bikin virus lagi buat mengalahkan. Tetapi ini tidak, Arrival justru membuat anti-nya," puji Roy Suryo saat mendengar pidato umum Arrival.

Pemerintah melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia akan membantu proses hak paten anti-virus Artav ke Dirjen Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Selain itu, ITB juga akan menganugerahkan beasiswa bagi Arrival untuk kuliah di ITB kelak.*
Sumber : voan
Red: Cholis Akbar

Siapa Bersungguh-sungguh, Ia Mendapatkannya

Hidayatullah.com--Kemiskinan bukanlah akhir dari segalanya. Bahkan, boleh jadi, justru kemiskinanlah yang menjadi ‘cambuk’ penyemangat untuk menggapai cita-cita yang tinggi. Itulah yang dilakukan oleh Hadi beberapa puluhan tahun silam. Tak pingin terpuruk terus menerus dalam hal ekonomi, membuat Hadi nekat untuk terus melanjutkan sekolah, seklaipun hasratnya tersebut bertentangan dengan kehendak kedua orang tuanya. Ia menyadari, bahwa, hanya ilmulah yang mampu mengangkat derajat keluarganya, khususnya, dirinya sendiri dari ketidakberdayaan hidup, terutama masalah ekonomi, “Nabi kan pernah bersabda, bahwa barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, maka ilmulah kuncinya” ujar Hadi menyitir salah satu hadits Nabi Muhammad.

“Siapa yang akan membiayai sekolahmu? Wong makan saja kita sulit. Sudahlah, bantu saja bapak ngaret atau nyari kayu di hutan, ndak usah mikirin sekolah”. Demikianlah jawaban yang diterima Hadi, ketika ia menuturkan keinginannya untuk melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi lagi.

Waktu itu, Hadi baru lulus SD. Sekalipun dapat balasan yang negatif dari orangtua, tidak membuat Hadi uring-uringan. Dia faham, bahwa kondisilah yang menyebabkan mereka memiliki pemikiran demikian. sebab itu, dia menjelaskan kepada kedua orang tuanya, soal biaya sekolah, dia tidak akan membebani mereka, ”Saya akan mencari uang sendiri untuk biaya sekolah. Yang terpenting, ibu dan bapak mengizinkan saya sekolah,” tegas Hadi waktu itu, yang kemudian dikabulkan oleh ibu dan bapaknya.

Dari segi finansial, memang, waktu itu, keluarga Hadi tergolong keluarga papa. Jangankan untuk biaya sekolah, untuk makan saja, mereka masih kelepotan. Hampir setiap hari, yang menjadi menu utama mereka adalah nasih putih dan sepotong tempe atau ikan asin, ”kalau lauknya ikan asin, semuanya harus habis, hatta kepala dan tulang-tulangnya. Kalau tidak, ibu akan marah. Dibilang mubadzir” kenang Hadi.

Karena itu, nyaris masa kanak-kanaknya digunakan untuk membantu orang tua menyari kayu atau merumput di hutan. Setiap sepulang sekolah, dia langsung tancap gas untuk menunaikan tugas-tugas tersebut, tak peduli panasnya terik sinar matahari atau derasnya guyuran hujan. Jadi, bisa dibilang, sejak dini, Hadi telah terlatih untuk hidup mandiri. Sebab itu, senyum sumringah nampak di wajahnya, ketika orang tuanya mengabulkan permohonannya untuk melanjutkan studi, sekalipun harus berjuang sendiri.

Merantau

Tidak lama setelah itu, Hadi kecilpun mulai menyusun rencana. Dia putuskan untuk melanjutkan sekolah di salah satu sekolah Islam yang berlokasi di kota Surabaya. Padahal, daerah kelahirannya itu Lamongan. Jarak antar keduanya (Lamongan-Surabaya) ± 90 km.

Tidak berapa lama setibanya di kota pahlawan tersebut, Hadi langsung bergerak untuk mencari biaya hidup. Berbagai macam pekerjaan pernah dilakoni, salah satunya adalah sebagai sales roti. Jangan dibayangkan, dalam mengedarkan barang-barangnya, Hadi menggunakan sepedah motor, sehingga mempermudah jarak tempuh. Tidak sama sekali. Dia menggunakan sepedah pancal. Hampir setiap hari, Hadi harus menempuh berkilo-kilo meter perjalanan dengan mengayuh sepedah untuk menjajakan jualannya.

Selain tekun bekerja, ada kelebihan lain yang dimiliki Hadi. Dia mampu membaca peluang bisnis. Dan keistimewaan inilah yang kemudian hari, menyebabkannya menjadi orang sukses. Pernah suatu hari, kenangnya, dia menghadap kepala sekolah, untuk mengajukan diri menjadi fasilitator dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekolah/guru. –misal- pembuatan seragam guru. Bagai kejatuhan buah duren, sang-kepala sekolah pun mengabulkan. Dan dari sini, penghasilan Hadi mulai bertambah. Bahkan, meskipun tidak banyak, dia mampu mengirimi keluarganya uang, untuk belanja atau sebagai tambahan biaya sekolah adik-adiknya.

Siswa Berprestasi

Hadi bukanlah tipe anak yang hanya piawai dalam mencari ma’isyah (kehidupan). Dalam hal intelektualitas, dia juga tidak ketinggalan. Terbukti, hampir setiap semesteran, nilainya selalu yang terbaik, sehingga berhak mendapatkan beasiswa dari pihak sekolah. Terang saja, kondisi demikian sedikit-banyak telah meringankan biaya hidupnya.

Selesai mengetaskan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Hadi langsung melanjutkan sutidanya (SMA) di almamater yang sama. Prestasi-prestasi akademis, terus dia peroleh, sehingga nyaris dia tidak pernah membayar uang sekolah.

Terakhir beasiswa dia dapatkan ketika dirinya dinyatakan lulus di salah satu Universitas Negeri ternama di kota yang sama, Surabaya. Hal ni diberikan pihak sekolah untuk jangka waktu satu semester kepadanya, sebagai bentuk apresiasi, karena Hadi merupakan alumnus pertama sekolah tersebut yang mampu lulus di universitas negeri,”sebelumnya tidak pernah ada yang lulus”, paparnya.

Ada kenangan yang tak terlupakan oleh Hadi, ketika dia dinyatakan lulus SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasis Baru) di universitas tersebut. Perasaan senang dan bingung, bahagia dan sedih bercampur aduk mengiringi kesuksesannya. Betapa tidak, sebagai calon mahasiswa, tentu dia bangga dengan kekeberhasilannya. Akan tetapi, di lain pihak, dia juga dibingungkan dengan biaya kuliah yang pastinya tidak sedikit.

Di tengah kekalutannya tersebut, Hadi memutuskan untuk berkonsultasi dengan pihak keluarga, terutama kepada sang-ayah dan ibu. Mendengar tuturan dari buah hatinya, air mata sang-ibu tak terbendung, membasahi kedua pipinya. Dengan suara agak tertahan oleh isakan tangis bahagia, perempuan tersebut menyerahkan sesuatu pada Hadi, ”Ini maskawin ibu. Ambillah untuk biaya kuliahmu,” tuturnya yang membuat Hadi agak merinding mendengarnya, yang kemudian juga mencucurkan air mata. Pada awalnya, pemberian tersebut ditolak oleh Hadi, namun, karena melihat begitu kerasnya keinginan bundanya tersebut, Hadipun mengambilnya sebagai bekal untuk kuliah.

Emas tersebut kemudia dijual oleh Hadi. Sebagian untuk biaya kuliah dan biaya hidupnya, sebagian lagi, untuk membuka bisnis warung kecil-kecilan. Setelah menyelesaikan studinya, yang memang fokus mengambil jurusan ekonomi, Hadi langsung terjun kelapangan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh.

Bisnis di area pelabuhan adalah incarannya. Hal itu dipilih, karena dia yakin bahwa pelabuhan merupakan pusat dari kegiatan ekonomi, ”Di sinilah (pelabuhan), seluruh barang-barang ekspor/impor mangkal untuk pertama kali, sebelum diedarkan ke seluruh daerah/negara. Peluang ini yang saya tangkap”. terangnya menuturkan alasannya. Berkat keuletan Hadi, tak ayal, dari tahun ke tahun bisnisnya terus berkembang. Bahkan, kini Hadi telah menjadi salah satu milioder. Dia telah memiliki ratusan kayawan/karyawati. Bisnisnyapun telah melebar ke penyewaan villa, butik, apotik, dan lain-lain. Bahkan, relasi bisnisnya pun tidak lagi seputar Indonesia, namun, telah melebar ke beberapa negara, salah satunya adalah China.
Memang benar apa yang dikatakan pepatah Arab, "Man Jadda Wa Jada.” (Barangsiapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkannya). [Robin S/hidayatullah.com]

Followers