SELAMAT DATANG DI ALUMNI SMPN 1 KEDUNGADEM

Friday, April 30, 2010

Hasil UN Ulangan Cantumkan Dua Nilai

Peserta ujian nasional (UN) ulangan akan mendapatkan surat keterangan hasil UN (SKHUN) yang mencantumkan dua nilai, yakni nilai UN utama dan nilai UN ulangan. "SKHUN memang mencantumkan dua nilai bagi siswa yang lulus UN ulangan," kata anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Prof. Mungin Eddy Wibowo di Semarang, Jumat. Ia mengatakan SKHUN yang berisi nilai-nilai hasil UN biasanya diserahkan sekolah kepada siswa bersamaan dengan penyerahan ijazah, setelah mereka dinyatakan menyelesaikan masa studi. "Pencantuman dua nilai tersebut dilakukan untuk membedakan siswa yang lulus UN utama dengan siswa yang mengikuti UN ulangan," kata Mungin yang juga mantan Ketua BSNP tersebut. Menurut dia, pencantuman dua nilai itu untuk menghindari timbulnya perasaan iri dari siswa yang tidak ikut UN ulangan, jika kebetulan temannya ikut UN ulangan justru nilainya lebih tinggi. "Kalau tidak dibedakan seperti itu, kasihan siswa yang memang tidak mengulang, misalnya ada temannya yang mengikuti UN ulangan ternyata mendapatkan nilai lebih tinggi," katanya.

Namun, kata dia, pencantuman tersebut hanya dalam SKHUN, sedangkan dalam ijazah hanya ditulis satu nilai berdasarkan akumulasi nilai terbaik yang didapat siswa, baik dalam UN utama maupun UN ulangan. Ujian nasional mensyaratkan nilai minimal untuk mencapai kelulusan sebesar 5,5 untuk setiap pelajaran yang diujikan, jika tidak tercapai siswa harus mengikuti UN ulangan untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, kata Mungin, pihaknya mencantumkan dua nilai bagi siswa yang mengikuti UN ulangan dalam SKHUN, tentunya nilai itu didapatkan siswa apabila dinyatakan lulus UN ulangan. "Para siswa yang ikut UN ulangan juga tidak perlu khawatir jika nilainya setelah mengulang justru lebih rendah, sebab nilai yang dijadikan acuan adalah nilai tertinggi yang didapatkan," katanya. Selain itu, ia menegaskan bahwa tingkat kesulitan soal UN ulangan dengan UN utama sama, sehingga para siswa yang ikut UN ulangan tetap harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya. "Tidak benar kalau ada yang menganggap bahwa tingkat kesulitan soal UN ulangan lebih rendah dari UN utama, sebab tingkat kesulitan kedua soal tetap sama dan sesuai dengan kisi-kisi," katanya. Soal UN ulangan, kata dia, diambilkan dari kumpulan soal dari seluruh guru di Indonesia yang disimpan di bank soal, setelah itu diseleksi secara acak untuk dipilih yang terbaik, sama seperti UN utama. "Namun, para siswa tidak perlu khawatir selama mereka telah mempersiapkan diri dan belajar dengan baik, apalagi mereka hanya mengulang untuk pelajaran yang tidak lulus, bukan seluruh pelajaran," kata Mungin. (KR-ZLS/M028/R009)

Sumber: Antara

Hari Ini Distribusi Soal UASBN

Dinas Pendidikan (Disdik) Bojonegoro kemarin (30/4) mulai memilah naskah soal ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) jenjang SD dan sederajat. Rabu (28/4) sebelumnya, naskah soal dan lembar jawaban ujian diambil di percetakan Sidoarjo. "Kemudian, langsung diamankan dan disimpan di Mapolres Bojonegoro," ujar. Akhyar, Kabid TK dan SD Disdik Bojonegoro, kemarin (30/4). Dia menjelaskan, pemilahan dilakukan dengan membaginya untuk masing-masing unit pelaksana teknis daerah (UPTD). Jumlah naskah yang diambil dari percetakan sebanyak 596 boks, yang terdiri dari 356 boks utama dan 236 boks untuk ujian susulan bagi siswa yang tidak ikut. Selain itu, lanjut dia, ada 162 sampul untuk naskah soal cadangan masing-masing mata pelajaran di 27 kecamatan. "Pendistribuasian naskah soal akan dilakukan besok (hari ini, Red) di masing-masing polsek dengan pengawalan ketat petugas kepolisian," papar pria berkacamata ini. Selanjutnya, naskah akan disimpan di mapolsek masing-masing. Naskah akan dibagikan ke masing-masing sekolah minimal 15 menit sebelum pelaksanaan ujian. UASBN tahun ini dilaksanakan pada 4-6 Mei nanti. UASBN diikuti 19.183 siswa. Terdiri dari, 15.204 siswa SD negeri/swasta dan MI negeri/swasta 3.979 pelajar. Pengawas yang dilibatkan 2.826 orang di 1.413 ruang di 1.019 lembaga penyelenggara. Kabag Bina Mitra Polres Kompol Soeparmo mengatakan, pengamanan selama distribusi soal dan lembar jawaban bakal dilakukan seperti pengamanan ujian nasional. Bedanya, untuk pengamanan UASBN tidak ada polisi yang berjaga di setiap sekolah. (tis/fiq)

Sumber: Radar Bojonegoro

DPD Rekomendasikan Penghapusan UN

Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) berkomitmen untuk merekomendasikan penghapusan ujian nasional sebagai standar kelulusan di tanah air. "Kita sepakat akan merekomendasikan UN standar kelulusan, karena hal tersebut dinilai melanggar ketentuan perundang-undangan," kata anggota DPD RI, H.A Aziz Qahar Mudzakkar di Banda Aceh, Kamis. Hal itu disampaikan terkait rendahnya tingkat kelulusan SMA/MA dan SMK pada tahun ajaran 2009/2010 di seluruh tanah air. "Kita akui UN bagus sebagai standarisasi, tapi jangan dijadikan sebagai patokan kelulusan," ungkapnya. Menurut dia, kasus kecurangan dalam pelaksanaan UN misalnya, harus menjadi sebuah acuan untuk tidak menjadikan ujian tersebut sebagai penentu kelulusan. "Dalam dua tahun terakhir kita telah rekomendasikan untuk tidak ditetapkan UN sebagai standar kelulusan, namun pemerintah tetap saja menerapkan," jelasnya. Untuk itu, lanjut dia, pihaknya pada ajaran 2010/2011 telah sepakat untuk merekomendasikan UN bukan lagi sebagai patokan kelulusan. "Kita akan upayakan untuk mengembalikan tingkat kelulusan tersebut berada pada sekolah sebagaimana amanah undang-undang," jelasnya. Ia berharap pemerintah dapat mengambil sebuah kesimpulan terhadap permasalah yang terjadi, meski pada akhir pelaksanaan tetap memberikan kesempatan bagi peserta yang tidak lulus pada ujian tahap pertama. Data dari Dinas Pendidikan Aceh, sedikitnya 11.499 siswa atau 17,04 persen dari 67.485 peserta UN SMA/MA/SMK, dinyatakan tidak lulus, sedangkan tingkat kelulusan mencapai 82,96 persen atau 55.986 siswa. (IFL*H011/K004)

Sumber: Antara

Pendaftaran Masuk PTN "Online" Cegah Perjokian

Panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) mulai tahun 2010 ini menerapkan mekanisme pendaftaran calon peserta ujian melalui sistem "online". Ketua Umum SNMPTN Prof. Dr. Herry Suhardiyanto, MSc kepada wartawan di Surabaya, Kamis malam, mengatakan untuk mendukung pelaksanaan sistem baru ini, pihaknya sudah menjalin kerja sama dengan PT Telkom sebagai penunjang sarana informasi teknologi dan Bank Mandiri selaku penerima pembayaran pendaftaran. "Calon peserta dapat membayar biaya pendaftaran melalui ATM, mobile banking atau datang langsung ke Bank Mandiri yang tersebar di seluruh Indonesia untuk mendapatkan nomor pin," katanya di sela-sela rapat koordinasi dengan jajaran Bank Mandiri dan Telkom. Nomor pin yang diperoleh calon peserta, selanjutnya digunakan untuk melakukan pendaftaran melalui website yang sudah disediakan panitia SNMPTN. Menurut Herry Suhardiyanto, mekanisme baru ini bertujuan memudahkan calon peserta SNMPTN dari seluruh Indonesia untuk melakukan pendaftaran, tanpa harus repot-repot datang ke lokasi PTN, seperti yang diterapkan pada pelaksanaan dua tahun terakhir. Cara online seperti ini diyakini juga bisa mencegah upaya perjokian yang sering muncul pada setiap pelaksanaan ujian masuk PTN. Pendaftaran calon peserta SNMPTN dimulai pada 2 Mei hingga 31 Mei 2010 untuk siswa SMA/SMK lulusan 2008, 2009 dan 2010. Sedangkan ujian dilaksanakan serentak pada 16-17 Juni mendatang.

Sementara untuk siswa SMA/SMK yang tidak lulus pada ujian nasional tahun ini dan masih akan mengikuti UN ulangan, panitia SNMPTN masih memberi kesempatan untuk mendaftar pada 10-12 Juni 2010. "Tapi syaratnya siswa tersebut harus lulus UN ulangan. Biaya pendaftaran Rp150 ribu untuk satu pilihan IPA atau IPS dan Rp175 ribu untuk pilihan IPC (IPA dan IPS)," kata Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut. Ia memperkirakan jumlah peserta SNMPTN tahun ini sekitar 440 ribu orang atau meningkat 10 persen dibanding tahun 2009. Sementara daya tampung dari 57 PTN yang tergabung dalam SNMPTN tahun ini sebanyak 82.902 kursi. Senior Vice President Institutional Banking Group bank Mandiri, Jiantok Hardjiman, menjelaskan pihaknya telah menyiapkan perangkat pendukung untuk proses pembayaran calon peserta SNMPTN tahun ini. "Kami dipilih panitia SNMPTN berdasarkan proses `bidding` karena dinilai paling siap dalam penyediaan perangkat IT dibanding bank-bank lain. Seluruh jaringan Bank Mandiri di Indonesia siap menerima transaksi pembayaran calon peserta," ujarnya. Jiantok menambahkan kerja sama pembayaran SNMPTN dengan Bank Mandiri ini merupakan tahun ketiga, namun sebelumnya masih menggunakan sistem manual. (D010/K004)

Sumber: Antara

Wednesday, April 28, 2010

Mestinya PTN Tak Perlu Gunakan Hasil UN

Kerancuan tujuan dan kepentingan adanya ujian nasional semakin nyata terlihat ketika ada beberapa siswa yang ternyata sudah diterima masuk PTN melalui jalur PMDK, tetapi terganjal oleh kegagalan siswa tersebut dalam UN. "Sebaiknya memang disederhanakan saja UN itu, yaitu dengan mengembalikan persoalan kelulusan kepada sekolah, yaitu melalui nilai-nilai semester atau rapor," ujar Kordinator Education Forum (EF) Suparman kepada Kompas.com di Jakarta, Kamis (29/4/2010). UN, lanjut Suparman, cukup dijadikan sebagai pemetaan yang terintegrasi karena hal itu justru akan memudahkan perguruan tinggi negeri (PTN) mendapatkan mahasiswa tanpa harus mengait-ngaitkan dengan UN. Dia beralasan, nilai-nilai semester sebagai dasar memilih mahasiswa PMDK sangat tepat karena di situlah justru nilai berdasarkan proses akademis sebenarnya dari para siswa dan langsung dinilai oleh guru yang bersangkutan. Selain itu, kata dia, PTN pun bisa melihat fluktuasi nilai siswa dengan tepat serta stabil atau tidaknya prestasi siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Jika demikian, lanjut Suparman, posisi UN sebagai prasyarat kelulusan sudah tidak diperlukan oleh PTN sebagai syarat masuknya. "Kalau akhirnya siswa dinyatakan berhasil masuk PTN berkat prestasi akademis hariannya, tetapi tiba-tiba tidak jadi masuk lantaran tidak lulus UN, itu benar-benar membuktikan bahwa UN memang menjadi syarat kelulusan, bukan pemetaan," kata Suparman.

Sumber: Kompas

Skenario Allah di Balik Kegagalanku

Janganlah pernah berburuk sangka pada Allah, karena bisa jadi, di balik ketentuannya, Allah sedang merencanakan "kejutan" lain

Hidayatullah.com--Seringkali dalam berdo'a kepada Allah, kita meminta agar Ia mempersegerakan apa-apa yang kita munajatkan. Minimal, kita memohon kepada-Nya, agar sudi mengabulkan permintaan-permintaan kita. Bagi mereka yang bergelut di dunia bisnis, misalnya, mereka memohon kepada Allah agar bisnisnya lancar, dan menghasilkan keuntungan melimpah.

Adapun mereka yang sedang menyelesaikan program studi, mereka pun berharap agar Allah melancarkan studi mereka, kemudian menjadi orang yang sukses di kemudian hari. Begitu seterusnya, dan begitu seterusnya.

Karena besarnya harapan di balik lantunan-lantunan do'a itu, maka, tidak sedikit dari mereka yang menghujat Allah, manakala do'a belum memberikan jawaban. Padahal, belum tentu apa yang kita impi-impikan di balik do'a, itu akan membawa kebaikan bagi kita, begitu pula sebaliknya. Bahkan, bisa jadi, ditahannya pengabulan do'a tersebut, karena Allah sedang menyusun skenario yang jauh lebih besar, lagi lebih bermanfaat bagi kita, yang tidak pernah disangka-sangka. Begitu pula yang aku alami.

Aku adalah anak paling bungsu dari tujuh bersaudara. Sedari kecil (berumur 3 bulan) aku telah ditinggal oleh ibu. Maka, jadilah ayah dan saudara-saudaraku pengasuh, yang senantiasa merawat hingga aku dewasa.

Dari tujuh bersaudara, cuma aku yang bisa melanjutkan studi di perguruan tinggi. Adapun yang lain, paling banter lulus MTS (Madrasah Tsanawiyah), bahkan dua kakakku, tidak lulus SD. Ini semua bukan atas kemauan kami, tapi memang, penghasilan ayah, yang berprofesi sebagai petani biasa, tidak mampu memenuhi biaya pendidikan.

Nah, faham akan kondisi keluarga --yang secara matematik tidak akan mampu membiayai kuliah-- setelah menyelesaikan studi di salah satu pondok yang berbasis bahasa asing --Arab dan Inggris-- di Jawa Timur (Jatim), aku berinisiatif untuk melanjutkan kuliah di institusi yang memberikan beasiswa bagi para mahasiswanya.

Setelah mencari informasi dan menjajaki beberapa kampus, dan melalui hasil musyawarah dengan keluarga, dari sekian banyak kampus, dua kampuslah yang menjadi incaranku. Yang pertama ada di daerah Jawa Barat dan satu lagi berada di Jawa Timur.

Pada dasarnya seluruh keluarga, terutama diriku pribadi, berharap bisa masuk di Jabar. Alasannya, di sini, selain mendapat beasiswa, makan, tempat tinggal, sangu, para mahasiswa juga mendapatkan kitab-kita pelajaran secara gratis. Maka, praktislah kita hanya tinggal fokus belajar.

Ada pun yang di Jatim, hanya menyediakan beasiswa kuliah dan makan. Sedangkan buku dan tete-bengek lainnya, masih harus mengeluarkan kocek pribadi. Dan masih ada satu lagi yang membuat saya kurang sreg di sini, para mahasiswa diwajibkan mengambil progran bahasa Inggris, sekalipun itu bukan jurusannya. Itu semua karena bahasa komunikasi keseharian di kampus, yaitu bahasa asing, Arab, dan Inggris.

Untuk membantu dalam proses melancarkan tes ujian di kampus pertama (Jabar), aku dan keluargaku saling bergotong royong. Mereka membantuku dengan do'a, puasa, dan shalat sunnah. Ada pun aku, berikhtiar dengan belajar yang giat, dan pastinya sambil berdo'a.

Pada mulanya, aku ngotot meminta kepada Allah, agar ia memberi aku kelulusan. Namun, melihat banyaknya jumlah peserta (ribuan, sedangkan yang diterima hanya seratus dua puluh), aku merasa dzalim kalau aku 'memaksa' Nya untuk mengabulkan permintaanku.

"Ini kan penilaian saya pribadi, kalau tempat ini terbaik untukku. Namun belum tentu bagi Allah, begitu bisikku dalam. Inilah yang kemudian mengubah do'a menjadi, "�Ya Allah, berilah aku tempat terbaik menurutmu. Kalau memang tempat ini membawa manfaat bagiku keesokan hari, maka luluskanlah aku, tapi, sekiranya tempat ini justru menjerumuskanku kepada kesukaran di dunia dan akhirat, maka, jauhkanlah aku darinya."�

Doa inilah yang kemudian senantiasa aku panjatkan kepada Allah, hingga tiba waktu pengumuman kelulusan seleksi mahasiswa baru, Rabu, Juli 2006.

Setelah saya cek namaku pada abjad "Z" , ternyata namaku tidak ada. Terus terang aku sedih, sempat berderai air mataku. Aku bukan hanya bersedih atas kegagalanku, namun, aku juga merasa bersedih membayangkan reaksi keluargaku perihal kegagalanku. Setelah aku beri tahu mereka, ternyata sungguh di luar dugaanku sebelumnya. Mereka justru memotivasi aku untuk tetap semangat, jangan patah arang, รข€�Nggak usah terlalu sedih, dan jangan malu. Mungkin ini yang terbaik menurut Allah," � ujar mereka melalui telepon.

Mendapat 'suntikan' motivasi, semangatku langsung kembali. Seketika juga aku menelepon temanku, yang memang terlebih dahulu telah menjadi mahasiswa di kampus yang di Jatim, dan menanyakan tentang peluang pendaftaran. Dan ternyata, hari itu adalah hari terakhir pendaftaran mahasiswa baru, dan lusanya akan langsung diadakan tes. Sebab itu, kuminta sahabatku itu untuk mendaftarkanku. Alhamdulillah, ia menyanggupinya. Dan pada hari itu juga, aku langsung menyiapkan diri untuk langsung menuju Surabaya.

Singkat cerita, setelah melalui berbagai tes (tulis dan lisan), aku diterima di kampus ini. Dan komunikasi adalah jurusan yang aku pilih. Puji syukur senantiasa aku ucapkan atas karunia-Nya.

Sebagaimana telah saya paparkan di atas, seluruh mahasiswa diwajibkan mengambil mata kuliah Bahasa Inggris selama tiga semester, maka --meskipun terpaksa- aku pun mengikuti program tersebut. Masih jelas di benakku, betapa jujurnya saya ke pada dosen akan ketidakmengertian saya terhadap bahasa ini.

Di depan mahasiswa yang lain aku berujar, "�maaf pak, soal-soalnya tidak saya kerjakan, saya tidak bisa sama sekali bahasa Inggris." � Melihat kejujuranku, si dosen hanya bisa diam menyaksikan kertas jawabanku masih putih bersih.

Selalu ada jalan

Lambat laun, aku paksakan diri agar mampu --menjinakkan musuh-- ku ini. Aku tidak ingin meninggalkan kesempatan yang kedua kalinya (sebelumnya di pondok yang berbasis bahasa asing). Maka mulailah aku pasang 'kuda-kuda'untuk fokus belajar. Aku selalu menghafalkan sedikit-demi sedikit tiap kosa-kata. Dan yang pasti, do'a kepada Allah, tidak pernah terputus aku utarakan, agar Ia mempermudah langkahku ini.

Allahu Qadir ala kulli Syaiin, sungguh aku tidak menyangka, sedari awal aku berazam untuk belajar, aku merasa Allah sangat mempermudahku, untuk menguasai bahasa ini. Maka tidak heran, hanya dalam waktu yang relatif singkat (2-3 bulan), aku sudah mengalami perubahan pengetahuan yang sangat signifikan tentang bahasa Internasional ini. Dan yang membuat saya lebih terharu lagi, saya bukan hanya mampu secara teoritis, namun, secara praktis, aku pun bisa. Maka, terkaget-kagetlah teman-temanku, ketika ujian pertengahan semester (UTS), untuk seluruh macam mata kuliah bahasa Inggris (Reading, Grammar, Conversation), nilaiku adalah yang terbaik.

Seiring dengan kemampuan baruku itu, Allah menjadikannya sebagai jembatan penghubung bagiku, untuk memperoleh rezeki-Nya (fulus). Aku diamanahi oleh dosen untuk mengajar di sekolah binaannya.

Tidak itu saja, aku pun membuka kursus untuk mereka yang berminat mendalami bahasa Inggris. Alhamdulillah, meskipun tidak banyak, tapi ada.

Kini, kebutuhan-kebutahanku secara ekonomis bisa terpenuhi, tanpa harus membebani orangtua dan keluarga.

Sebagai penutup dari tulisan ini, cukuplah firman Allah di surat Al-Baqarah ayat 216 di bawah ini, kita jadikan pijakan, dalam merespon keputusan Allah:

"�... Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."�

Kesimpulannya, janganlah pernah ber-su'udzan (berburuk sangka) kepada Allah terhadap ketentuan-Nya, yang --mungkin-- secara naluri, kita tidak menghendakinya, karena bisa jadi, di balik itu, Allah sedang merencanakan 'kejutan' lain untuk kita yang tidak pernah kita sangka-sangka sebelumnya.

[kisah ini disampaikan oleh Zaki Arrosyidi, koresponden hidayatullah.com]

Evaluasi Soal UN; Soal Seharusnya untuk Menguji Bukan Mengecoh

Soal-soal ujian nasional perlu dievaluasi secara menyeluruh. Hal ini disebabkan banyaknya siswa yang gagal mendapat nilai minimal untuk pelajaran yang sama. Harus dicari penyebab siswa mendapatkan nilai yang rendah.Demikian harapan guru-guru pengajar mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional (UN), Selasa (27/4). Jajang Priatna, Ketua Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia, mengatakan soal-soal UN untuk Bahasa Indonesia dirasakan sulit oleh siswa karena pilihan yang disediakan banyak yang mengecoh. ”Soal-soal Bahasa Indonesia itu menguji siswa, bukan untuk mengecoh. Kenyataannya guru-guru juga banyak yang terkecoh soal,” kata Jajang. Menurut Jajang, soal ujian mestinya jangan bersifat apresiasi karena sangat subyektif. Siswa bisa memberikan jawaban beragam. ”Kritik ini disampaikan untuk perbaikan ke depan,” ujarnya. Dalam UN 2010, sebanyak 72.918 siswa SMA harus mengulang ujian Bahasa Indonesia. Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan, pihaknya sedang meneliti 50 soal UN Bahasa Indonesia yang menyebabkan siswa banyak yang harus mengulang. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendiknas Mansur Ramli menduga, pelajaran Bahasa Indonesia dipandang remeh oleh siswa sehingga banyak yang harus mengulang.

Terjebak latihan soal

Firman Syah Noor, Ketua Asosiasi Guru Matematika Indonesia, mengatakan, pembelajaran Matematika oleh guru dan siswa di sekolah saat ini terjebak pada pelatihan soal dengan cara menjawab cepat. Padahal, belajar Matematika itu bukan hanya menekankan pada hasil akhir. ”Proses berpikir sistematis, logis, dan terstruktur bisa terbangun dari pelajaran Matematika. Namun, untuk mengejar nilai UN, proses ini terabaikan,” ujarnya. Firman mengatakan, berdasarkan evaluasi sementara, kelompok soal yang diberikan kepada siswa berdasarkan kode, berbeda tingkat kesulitannya. Bisa jadi, siswa yang tak lulus itu mendapat kelompok soal yang sulit. ”Jika dulu, kode berbeda tetapi soal sama, cuma urutan nomornya yang dibedakan,” ujar Firman. Sementara itu, untuk jurusan IPS, paling banyak siswa tak lulus dalam pelajaran Sosiologi, yakni sebanyak 64.903 siswa. Menanggapi ini, Iwan Hermawan, anggota Presidium Asosiasi Pendidik Sosiologi, mengatakan, kenyataan tersebut mesti menjadi evaluasi bagi peningkatan kualifikasi profesional guru Sosiologi. ”Saat ini, banyak guru Sosiologi di SMA bukan berlatar belakang pendidikan Sosiologi sehingga bisa jadi cara penyampaiannya pada siswa kurang tepat,” ujarnya. Secara terpisah, sejumlah sekolah kini mulai bersiap-siap memberikan pelatihan dan pendampingan kepada siswanya yang akan mengikuti UN ulang pada 10-14 Mei mendatang. Di sejumlah kota, seperti Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Semarang, dan Magelang, pemberian pelajaran tambahan yang akan mengikuti UN ulang mulai dilaksanakan hari Rabu ini. Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang Dany M Handarini mengatakan, selain diberikan pelatihan, siswa yang tak lulus juga harus diberikan motivasi oleh lingkungan terdekatnya. ”Guncangan psikologis jelas terjadi pada anak-anak yang tidak lulus UN, apalagi pada anak-anak yang biasanya berprestasi. Jika lingkungan sekitar tidak memberikan motivasi, anak bisa shock atau mogok,” ujar Dany. (ELN/LUK/EGI/IRE/ANO/RAZ/DIA/ WIE/HAN)

Sumber: Kompas

UJIAN NASIONAL; 267 Sekolah, 100 Persen Siswanya Tak Lulus

Sebanyak 267 SMA/MA/SMK yang terdiri atas 51 sekolah negeri dan 216 sekolah swasta, 100 persen siswanya tidak lulus ujian nasional 2010. Jumlah siswa yang tak lulus dan harus mengikuti UN ulang itu mencapai 7.648 orang. UN 2010 diikuti 16.467 SMA/MA/SMK di seluruh Tanah Air. Sebaliknya, terdapat 5.795 sekolah (35,17 persen) yang semua siswanya (418.855) lulus. ”Data-data ini menunjukkan tidak ada pilih kasih antara sekolah negeri dan swasta. Semua sama,” kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh dalam jumpa pers Mengevaluasi UN 2010, Selasa (27/4) di Jakarta. Analisis hasil ujian nasional (UN) menunjukkan sebagian besar sekolah yang tingkat ketidaklulusannya 100 persen itu adalah sekolah dengan jumlah siswa paling banyak 181 siswa, yakni di SMA Negeri Atinggola, Gorontalo. Untuk menangani sekolah-sekolah dengan tingkat ketidaklulusan 100 persen, ungkap Nuh, akan ada intervensi kebijakan setelah diketahui titik masalah yang menjadi kelemahan sekolah tersebut. ”Kami akan melihat kondisi dan kualitas guru, serta fasilitasnya. Kami akan petakan. Masing- masing sekolah akan ditangani berbeda-beda karena masalahnya juga berbeda-beda,” kata Nuh. Pemerintah tidak akan memberi sanksi kepada 267 sekolah itu, tetapi akan dibantu untuk diperkuat karena kemampuannya yang terbatas. Namun, untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah siswa tidak lulus UN pada tahun depan, pemerintah akan memperketat aturan atau ketentuan pendirian sekolah baru. ”Sekolah yang sudah ada akan diperkuat. Jangan bereksperimen dengan mendirikan sekolah baru dan tambah murid karena bisa-bisa nanti tambah banyak jumlah siswa yang harus mengulang UN,” kata Nuh.

Bobotnya sama besar

Di Bandung, Jawa Barat, Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Djalal menegaskan, hasil UN susulan sama bobotnya dengan UN tahap pertama. Oleh karena itu, siswa tidak perlu berkecil hati dan bersedih bila harus mengikuti UN susulan. ”Saya jamin tidak ada pembedaan antara lulusan UN dengan lulusan UN susulan. Bobot keduanya sama besar,” ujar Fasli Djalal. Oleh karena itu, Fasli mengharapkan sekolah, guru, dan keluarga memfasilitasi UN susulan ini agar bisa berjalan baik, di antaranya, membantu siswa mempersiapkan diri menghadapi UN ulang pada 10-14 Mei. Khusus pada pihak sekolah, Fasli mengharapkan mereka proaktif mencari informasi di dinas pendidikan setempat tentang pelaksanaan UN susulan. Psikolog Universitas Airlangga Surabaya, Duta Nurdibyanandaru, mengatakan bahwa para murid yang tidak lulus UN harus diberi motivasi agar tidak gugup dalam mengikuti UN susulan. ”Mereka tidak dipersiapkan gagal. Karena itu, ketika gagal, wajar jika mereka mengalami guncangan,” ujarnya. Orangtua tidak selayaknya menyalahkan. Sebaliknya, kehadiran teman-teman yang lulus dan dorongan keluarga sangat membantu memulihkan semangat dan motivasi mereka. (LUK/CHE/RAZ/ANO)

Sumber: Kompas

Sunday, April 25, 2010

Nilai UN Terendah di Sumut Ternyata Bahasa Indonesia

Nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia hasil Ujian Nasional (UN) 2009/2010 untuk tingkat SMA sederajat di Sumatera Utara masih menjadi nilai yang terendah dibandingkan dengan nilai mata pelajaran lainnya yang diujikan di UN. "Memang itulah kenyataannya, rendahnya nilai Bahasa Indonesia bukan hanya kali ini saja, tetapi pada UN tahun sebelumnya nilai Bahasa Indonesia juga menjadi nilai yang terendah dibanding nilai mata pelajaran lainnya," kata Ketua Penyelenggara Ujian Nasional (UN) di Sumut, Dwi Anang Wibowo, di Medan, Minggu. Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai rata-rata UN 2009/2010 tingkat SMA sederajat yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Sumut, tahun ini nilai Bahasa Indonesia yang diraih siswa peserta UN tingkat SMA jurusan Bahasa mendapat nilai rata-rata 5,22. Sementara pada mata pelajaran Bahasa Inggris mendapat nilai rata-rata 7,74, sastra 6,19, Bahasa Asing 7,58, Antropologi 6,21 dan Matematika 7,20. Untuk jurusan IPA, nilai Bahasa Indonesia rata-rata mendapat nilai 7,38, Bahasa Inggris 8,19, Fisika 8,25, Biologi 7,79, Kimia 7,89 dan dan Matematika 8,67.

Sementara untuk jurusan IPS, nilai Bahasa Indonesia rata-rata 7,05, Bahasa Inggris 7,90, Ekonomi 7,26, Sosiologi 6,92, Geografi 7,62 dan Matematika 8,62. Rendahnya nilai Bahasa Indonesia juga terjadi pada tingkat Madrasah Aliyah (MA) Untuk jurusan Bahasa rata-rata nilai Bahasa Indonesia 6,11, Bahasa Inggris 8,05, Sastra 6,64, Bahasa asing 8,59, Antropologi 6,30 dan Matematika 8,39. Jurusan IPA nilai Bahasa Indonesia rata-rata 6,89, Bahasa Inggris 7,89, Fisika 7,96, Biologi 7,27 dan Matematika 8,27. Jurusan IPS, nilai Bahasa Indonesia rata-rata mendapat nilai 6,83, Bahasa Inggris 7,52, Ekonomi 6,85, Sosiologi 6,71, Geografi 7,33 dan Matematika 8,20. Untuk jurusan Agama, Bahasa Indonesia mendapat nilai rata-rata 7,29, Bahasa Inggris 7,88, Matematika 9,11, Fiqih 7,33 dan hanya Ilmu Tafsir, Ilmu Hadis yang rata-rata nilainya dibawah nilai Bahasa Indonesia yakni 6,58 dan 7,06. Hal yang sama juga terjadi pada tingkat SMK yang rata-rata mendapat nilai 6,67 untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Nilai ini dibawah rata-rata mata pelajaran lain seperti Bahasa Inggris 6,84, Matematika 7,64, Teori Kejuruan 6,72, dan Produktif 8,21

Sebelumnya staf peneliti Balai Bahasa Medan (BBM), Agus Bambang Hermanto, mengatakan, selama ini orang menganggap bahwa pelajaran Bahasa Indonesia itu mudah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain yang diujikan. "Padahal pengalaman membuktikan dari beberapa kali pelaksanaan UN, justru nilai Bahasa Indonesia lah yang paling rendah, baik secara nasional maupun di Sumut sendiri," katanya. Menurut dia, Bahasa Indonesia penuh dengan logika berfikir, teori dan hafalan-hafalan sementara siswa sendiri sangat kurang membaca. Hal ini berbeda dengan kenyataan selama ini bahwa siswa lebih banyak diajarkan untuk berfikir praktis. Guru juga lebih banyak menerapkan sistem pembelajaran satu arah bukan seperti yang diharapkan yakni dua arah. Selain itu murid dikelas juga kurang dirangsang untuk lebih komunikatif. "Kuncinya sebenarnya hanyalah banyak-banyak membaca. Dengan demikian kebiasaan untuk menelaah akan terbiasa, kalau ini sudah biasa dilakukan saya yakin siswa tidak akan kesulitan menjawab soal-soal yang diberikan, " kata guru yang mengasuh mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Sutomo 1 Medan ini.***3***

(KR-JRD/M034)

Sumber: Antara

Pendaftar Luar Daerah Dijatah 30 Persen

Bupati Bojonegoro Suyoto meminta kuota bagi siswa luar daerah yang akan bersekolah di berbagai tingkatan di Sekolah Model Terpadu (SMT) untuk dibatasi maksimal 30 persen. ''Kalau biasanya sekolah reguler 10 persen ya ini kita naikkan maksimal 30 persen,'' kata Suyoto disela-sela sidak pendaftaran SMT kemarin. Dia menuturkan, hal ini dikarenakan SMT merupakan unggulan daerah sehingga harus diberikan kuota lebih bagi siswa luar kota. Orang nomor satu di Kota Ledre itu menyebutkan angka 30 persen adalah angka yang ideal. Sebab, menurut dia, dari laporan Kepala UPT SMT ternyata minat siswa dari luar daerah cukup besar. ''Tapi tetap harus dibatasi,'' tegasnya. Sementara itu, kepala UPT SMT Cahyo Lukito menjelaskan, saat ini pendaftar untuk tingkat SMP dan SMA sudah melebihi pagu yang ada. Dia menuturkan, untuk pendaftar SMA saja sudah mencapai 170 siswa. ''Padahal untuk SMP dan SMA, kami hanya menerima 120 siswa,'' tuturnya. Karena pendaftar melebihi pagu yang ditetapkan, kata Cahyo, nanti akan dilakukan tes penerimaan. Tes tersebut dijadwalkan bulan depan. Menurut dia, beberapa hari ini pihaknya menggelar open house bagi para calon siswa yang ingin tahu mengenai SMT. Ditanya berapa pendaftar dari luar kota, dia menjelaskan jumlahnya hampir separuh dari total pendaftar. ''Kebanyakan dari Jatirogo, Tuban, Babat, serta Lamongan. Dan mereka sudah minta diasramakan,'' imbuhnya. (ade/wid)

Sumber: Radar Bojonegoro

Saturday, April 24, 2010

154.079 Siswa SMA dan SMK Tak Lulus Unas; Tapi, Masih Boleh Ikut Ujian Ulang

Tingkat kelulusan ujian nasional (unas) SMA/MA dan SMK tahun ini menurun. Sebanyak 154.079 peserta unas dinyatakan tak lulus. Mereka tetap memiliki kesempatan untuk mengikuti unas ulang. Mendiknas M. Nuh mengatakan, angka kelulusan tahun ini turun empat persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Jika tahun sebelumnya tingkat kelulusan 93,4 persen, tahun ini hanya 89,88 persen siswa yang dinyatakan lulus. ''Itu juga bukti bahwa tingkat kejujuran semakin tinggi,'' ujarnya kemarin (23/4). Dari total 1.522.162 peserta unas tingkat SMA, lebih dari sepuluh persen yang tidak lulus. Menurut Nuh, pengawasan ketat yang melibatkan tim pengawas independen dan pakta kejujuran ikut berpengaruh kepada tingkat kelulusan. ''Bukan berarti tahun lalu tidak diawasi secara ketat,'' katanya. Nuh mencontohkan, di Gorontalo tingkat kelulusan mencapai 90 persen tahun lalu. Tetapi, tahun ini hanya 53 persen. Selain Gorontalo, ada beberapa daerah yang tingkat kelulusannya menurun secara drastis. Yakni, NTT, Kalimantan Tengah, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan Timur. Rencananya, kata dia, Kemendiknas memetakan masalah itu. ''Apa dan bagaimana meningkatkan kelulusan, setiap sekolah memiliki permasalahan yang berbeda,'' terangnya. Nuh menjelaskan, meski banyak seiswa yang tidak lulus, Kemendiknas memberikan kesempatan seluruh siswa yang tidak lulus untuk mengikuti unas ulang pada 10-14 Mei nanti. ''Mata pelajaran yang diuji dan waktunya sama dengan unas sebelumnya,'' paparnya. Dia mendorong siswa yang tidak lulus unas tidak berkecil hati. Bahkan, dia berharap agar semua sekolah yang siswanya gagal pada unas memberikan pelajaran tambahan untuk mata pelajaran yang akan diujikan. ''Masih ada waktu untuk membahas latihan soal unas di sekolah-sekolah,'' tuturnya. Jika pada unas ulang nanti masih ada siswa yang tidak lulus, lanjut Nuh, masih ada kesempatan untuk mengikuti unas kesetaraan paket C pada 22 Juni mendatang. ''Intinya, akan tetap ada kesempatan buat mereka untuk terus belajar dan berusaha,'' jelasnya. (nuq/c4/dwi)

Sumber: Jawapos

Konvoi Kelulusan Unas Dilarang; Polres Siap Tindak Tegas

Dinas Pendidikan (Disdik) Bojonegoro melarang pelajar jenjang SMA melakukan konvoi setelah pengumuman kelulusan ujian nasional (unas) pada Senin (26/4) nanti. "Terkait pelarangan konvoi, disdik sudah mengumpulkan kepala sekolah untuk mulai melakukan pendekatan dan pengumuman kepada siswa di masing-masing sekolah," kata Zainuddin, kepala Disdik Bojonegoro melalui Kabid SMP, SMA, dan SMK, Hanafi, kemarin (23/4). Mantan Kepala SMAN Tambakrejo ini mengungkapkan, meskipun tidak akan memberi sanksi terhadap siswa secara langsung, disdik akan melakukan teguran keras kepada pihak sekolah. Disdik menilai konvoi bersifat hura-hura. Padahal, seharusnya siswa lebih memikirkan langkah ke depan setelah lulus. Karena itu, sekolah diimbau untuk melakukan langkah-langkah persuasif agar siswa tidak melakukan konvoi. Untuk mengantisipasi ada pelajar yang melakukan konvoi, disdik pun sudah melakukan koordinasi dengan petugas kepolisian untuk melakukan pengamanan. Pelarangan itu ditanggapi serius oleh pihak sekolah, di antaranya M. Asyik Syamsul, lepala MAN 1 Bojonegoro. "Untuk pengumuman nanti, siswa kelas III MAN tidak perlu masuk sekolah. Sebab, nanti hasil pengumuman unas akan diantarkan ke rumah masing-masing," paparnya.

Secara terpisah, Polres Bojonegoro tidak akan memberikan toleransi terhadap pelajar SMA yang merayakan kelulusan unas dengan cara konvoi dan urakan di jalan. "Apapun yang mengganggu kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat) akan kami tindak. Termasuk pelajar saat kelulusan nanti," kata Kabag Binamitra Polres Kompol Suparmo. Untuk mengantisipasi gangguan kamtibmas saat pengumuman kelulusan unas, polres telah menyiagakan 300 personel untuk pengamanan. Jumlah ini terdiri dari berbagai fungsi satuan, mulai satreskrim, satlantas, satsamapta, hingga satintelkam. "Jumlah pengamanan yang diterjunkan sebanyak sepertiga dari kekuatan polres yang berjumlah 900 anggota," paparnya. Suparmo menjelaskan, bentuk ketegasan itu adalah menilang pelajar yang konvoi dan melanggar lalu lintas. Juga, pelajar yang tidak menggunakan kelengkapan berkendara. Seperti helm, spion ganda, knalpot blong, atau yang tidak memiliki kelengkapan surat. Bahkan, polisi juga akan mengamankan kendaraan bermotor yang melanggar aturan lalu lintas. "Kami juga akan menghentikan secara paksa pelajar yang konvoi dan mengganggu aktivitas pengendara lainnya. Sebab, itu telah melanggar lalu lintas," ujarnya. Karena itu, polres akan menyebar anggota di sejumlah titik untuk pengamanan, serta berkoordinasi dengan disdik setempat. (tis/rij/fiq)

Sumber: Radar Bojonegoro

Wednesday, April 21, 2010

Desak Penerbitan UU Pendidikan Gratis Semua Jenjang

Pembatalan UU badan hukum pendidikan (BHP) oleh mahkamah konstitusi (MK) dinilai belum cukup membereskan masalah pendidikan di Indonesia. Untuk menjamin pendidikan Indonesia dinikmati semua masyarakat, harus ada UU yang menggratiskan pendidikan di semua level. Aksi mahasiswa mendesak pendidikan gratis di semua jenjang dilakukan sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam serikat mahasiswa Indonesia (SMI) komite cabang Jogja. Kemarin (19/4), aksi yang berlangsung di pertigaan UIN Sunan Kalijaga (Suka) sempat menimbulkan kemacetan kecil karena para mahasiswa membakar ban mobil di tengah jalan. Pendidikan yang berorientasi pada perdagangan dan liberalisasi merupakan warisan pemerintahan orde baru. Melalui serangkaian persetujuan dengan pihak asing, seperti yang tertuang dalam poin persetujuan world trade organization (WTO), pendidikan dijadikan sektor jasa. "Peran pemerintah dikurangi. Subsidi di bidang pendidikan dicabut. UU sisdiknas yang keluar tahun 2003, setelah reformasi, juga menunjukkan pendidikan Indonesia digiring ke arah liberalisasi dan komersialisasi," tutur koordinator aksi Tono Laode. Tono mendukung sepenuhnya langkah MK menganulir undang-undang nomor 9 tahun 2009 mengenai BHP. Meski demikian, langkah-langkah terkait perundang-undangan pascaBHP harus tetap diperhitungkan. "BHP bertentangan dengan UUD 1945. itu adalah langkah yang tepat. Namun, saat ini, pemerintah perlu menegaskan adanya jaminan pembiayaan bagi pendidikan di semua jenjang," ujarnya.

Penerapan status badan layanan umum (BLU) di bidang pendidikan juga ditolak para mahasiswa. Menurut mereka, BLU masih memberikan kesempaan pemerintah lepas tangan dari kewajiban mendanai universitas. "Tujuan BLU, menurut kami, adalah agar pemerintah bisa lepas tanggungjawab dalam penyelenggaraan pendidikan," tambahnya. Selain membawa isu pendidikan, aksi mahasiswa kali ini juga menegaskan perlunya penyelesaian konflik agraria. Menurut data yang mereka sampaikan, sepanjang tahun 2009, 90 persen konflik agraria belum dituntaskan oleh negara. Seandainya dilakuakn upaya penyelesaian konflik agraria, negara cenderung menggunakan upaya represif seperti penggunaan satpol PP. "Sudah banyak kasus yang terjadi. Paling baru adalah kasus tanjung priok. Kami menuntutn pembubaran satpol PP," jelasnya. Aksi mahasiswa kali ini sempat membuat jalanan sedikit macet. Penyebabnya, mahasiswa membakar ban mobil bekas di tengah jalan. Aksi yang berlangsung sekitar satu jam kemudian berakhir tanpa bentrok dengan aparat polisi. (luf)

Sumber: Radar Jogja

Guru PAUD Jangan Kedepankan Materi

Artis yang juga pemerhati anak, Neno Warisman, menjadi pembicara worshop dan assesment murid dan guru pendidikan anak usia dini (PAUD) di gedung Handayani Dinas Pendidikan Lamongan kemarin (20/4). ''Peran guru PAUD sangat penting karena mendasari ilmu pada generasi bangsa sejak dini,'' ujarnya. Menurut Neno, para guru PAUD diharuskan selalu belajar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan akhlak agar anak didiknya tidak ketinggalan zaman dan ketinggalan akhlak mulia. ''Guru PAUD jangan mengedepankan materi, karena menjadi guru PAUD dipastikan tidak bisa kaya. Tapi motivasi guru PAUD harus berusaha memperkaya ilmu,'' tuturnya. Sementara itu, Kabid Pendidikan Nonformal dan Informal Dinas P dan K Jawa Timur Sunarto memberikan apresiasi positif terhadap perkembangan PAUD di Lamongan. ''Lamongan sebagai daerah yang paling besar memberikan perhatian terhadap PAUD. Salah satu buktinya Pemkab Lamongan mengalokasikan anggaran untuk PAUD hingga Rp 3 miliar yang merupakan yang terbesar di Jawa Timur. Daerah lain rata-rata hanya mengalokasikan sekitar Rp 600 juta untuk PAUD,'' jelasnya. Kepala Dinas Pendidikan Lamongan Mustofa Nur saat membuka kegiatan itu menyampaikan terima kasih kepada para guru yang sangat besar pengabdiannya bagi pengembangan PAUD di Lamongan. Sedangkan Kabid Pendidikan Luar Sekolah (PLS) pada Dinas Pendidikan Lamongan, Moch Achiar menuturkan, jumlah lembaga PAUD di Lamongan mencapai 983 lembaga. Jumlah itu terbanyak di Indonesia. Sedangkan jumlah guru PAUD mencapai 2.601 orang. ''Kegiatan itu akan berlangsung hingga 22 April mendatang, tidak hanya workshop untuk guru PAUD, tetapi juga untuk murid PAUD dan pejabat pendidikan, serta pemeriksaan sensorik pada ibu hamil,'' katanya. (feb/yan) Sumber: Radar Bojonegoro

Monday, April 19, 2010

ITB Terjerat Kasus Doktor Plagiat

Cobaan menimpa kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Salah satu doktor alumninya, M Zuliansyah diduga plagiat. Seperti dimuat laman IEEE Xplore, Mochammad Zuliansyah, Suhono Harso Supangkat, Yoga Priyana, dan Carmadi Machbub melakukan plagiat dalam paper berjudul '3D Topological Relations for 3D Spatial Analysis'. Makalah mereka bahkan ditampilkan dalam perhelatan Cybernetics and Intelligent Systems, 2008 IEEE Conference di Chengdu, 21-24 September 2008. Menurut IEEE Xplore, setelah melalui penelaahan komite ahli, makalah Zuliansyah Cs dinyatakan menjiplak makalah berjudul 'On 3D Topological Relationship' karya Siyka Zlatanova. "Makalah ini berisi duplikasi lengkap makalah sebelumnya [karya Siyka Zlatanova]. Teks aslinya disalin tanpa mencantumkan sumber," demikian tercantum dalam laman IEEE Xplore. Dikonfirmasi soal skandal ini, Rektor ITB, Prof Dr Akhmaloka mengatakan yang bersangkutan sudah lulus saat papernya dipublikasikan di IEEE Xplore. "Dulu waktu melakukan seminar internasional masih berstatus mahasiswa 2008, makalah baru dipublikasikan akhir tahun 2009," kata Akhmaloka ketika ditemui di Kampus ITB, Jumat 16 April 2010. Makalah Zuliansyah, tambah dia, telah ditelaah komisi kode etik dan memang ada kesamaan dengan sebuah makalah yang diterbitkan tahun 2001. "Pembimbingnya merasa dibohongi. ITB merasa tercemar dengan kasus ini," tambah Akhmaloka. Diceritakan rektor, Zuliansyah sempat melamar menjadi calon pegawai ITB. "Namun, karena kasus ini, dia dikeluarkan. ITB mem-black list nama dia," kata Akhmaloka. ITB pun langsung bergerak cepat. Rektor telah membentuk tim yang akan bekerja selama satu bulan. Tim ini akan menyelidiki apakah disertasi Zuliansyah memiliki kesamaan dengan makalah yang menjiplak. "Kalau disertasinya ternyata memiliki kemiripan dengan makalah yang dia buat, maka gelar doktor akan dicabut," tambah Akhmaloka.

Sumber: vivanews.com

Thursday, April 15, 2010

Malam Nanti, Hujan Meteor Lyrids Mulai Turun

TEMPO Interaktif, Bandung - Hujan meteor Lyrids akan turun mulai malam ini hingga 26 April 2010. Fenomena tahunan itu bisa disaksikan di seluruh Indonesia selepas tengah malam.

Menurut peneliti utama astronomi dan astrofisika di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin, masa puncak hujan meteor terjadi pada 21-22 April. Saat itu, diperkirakan ada 10-20 meteor yang muncul setiap jam.

"Biasanya pada saat-saat tertentu terjadi lonjakan meteor, tapi tahun ini normal," katanya, Kamis (15/4/2010). Meteor dari komet Tatcher tersebut mulai diketahui astronom sejak 2600 tahun lalu.

Hujan meteor itu akan turun dekat rasi Lyra. Letaknya berada di antara horison hingga atas langit sebelah timur laut. Dengan kondisi cuaca yang mulai memasukim musim kemarau, ditandai dengan hujan yang jarang turun, kata dia, kemungkinan besar hujan meteor itu bisa disaksikan tanpa dihalangi awan selepas pukul 01.00 dinihari hingga menjelang subuh.

Hujan meteor itu bisa disaksikan dengan jelas oleh penduduk bumi di belahan utara. Di Indonesia yang berada di khatulistiwa, kata astronom dari Observatorium Bosscha Evan Irawan Akbar, kemungkinan agak sulit dilihat. "Posisinya dekat horison, mungkin agak terhalang pepohonan," katanya. Sebelum dan sesudah masa puncaknya, jumlah meteor yang jatuh diperkirakan hanya sebuah tiap jam.

Bagi para astronom, hujan meteor dari komet yang muncul tiap 415 tahun dekat bumi ini dianggap biasa. Hujan meteor itu berasal dari lapisan es komet yang mencair ketika orbitnya dekat dengan matahari. Partikel debu, es, dan batu yang terlepas itu terbakar di atmosfir sebelum jatuh ke bumi.

Menurut Evan, tahun ini ada 11 hujan meteor yang besar termasuk Lyrids. Setiap tahun, bumi disiram sekitar 25 ribu ton debu angkasa.

Sumber : http://tempointeraktif.com

Kerja Sama RI-Jerman Lahirkan 25 Magister

Kerja sama pemerintah Republik Indonesia dan Jerman dalam riset tentang ekosistem pantai selama 10 tahun terakhir telah melahirkan sekurangnya 25 magister (S2). "Puluhan mahasiswa Indonesia lulusan S2 itu dilahirkan melalui `Sandwich Program` di Jerman," kata Sekretaris Eksekutif Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Ir Luky Adrianto di Bogor, Jawa Barat, Rabu. Dalam program Ilmu untuk Perlindungan Ekosistem Pantai dan Laut di Indonesia (Science for the Protection of Indonesian Coastal Marine Ecosystems/SPICE) itu juga menghasilkan publikasi ilmiah dan peningkatan keilmuan, yakni lahirnya ilmu-ilmu baru. Setelah pembukaan lokakarya antarbangsa kluster-6 mengenai manajemen Pemerintah Indonesia tentang ekosistem laut dan pantai, ia mengemukakan kerja sama riset tersebut dimulai pada fase I tahun 2000-2005, fase II tahun 2005-2010, dan sedang dijajaki untuk fase III pada lima tahun mendatang. Ia menjelaskan, program SPICE adalah salah satu program kerja sama Iptek di bidang kelautan antara Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia dan Kementerian Pendidikan dan Riset Jerman (BMBF) dan juga Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai koordinator SPICE. Program itu melibatkan berbagai lembaga riset dan universitas di Indonesia seperti IPB, Universitas Hassanudin, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dan Universitas Negeri Riau (Unri) dengan lokasi riset di wilayah pantai Jawa Tengah, Sumatra Bagian Timur, dan Sulawesi Selatan.

Program SPICE dibagi dalam enam kluster, yakni "Coral Reef Based Ecosystems and Resources" dengan koordinator Rahmansyah (RICA - Maros)‏ dan Jamalludin Jompa (Universitas Hasanuddin). Selain itu, kluster "Strategies for a Sustainable Use of the Living Resources and Mariculture in Segara Anakan Lagoon" dengan koordinator Agus Kristyono (BPPT)‏ dan Edy Yuwono (Unsoed Purwokerto). Berikutnya, kluster "Ecology and Aquaculture" dengan koordinator Endhay Kusnendar (BRKP) dan Ketut Sugama (DGA); dan kluster "Coastal Ecosystems Health" dengan koordinator Ali Suman (BRKP) dan Joko Samiaji (UNRI). Kluster lainnya, "Marine Geology and Biogeochemistry" dengan koordinator Seno Adi (BPPT); dan kluster Governance and Management of Coastal Social Ecological Systems" dengan koordinator Agus Heri Purnomo (BRKP), Luky Adrianto (IPB Bogor) dan Agus Kristiyono (BPPT)‏. "Tujuan utama dari program SPICE adalah masalah riset, sosial dan ekonomi yang berkaitan dengan manajemen ekosistem pantai di Indonesia dan sumberdayanya," katanya. Selain memperkuat "database" riset tentang ekosistem pantai yang sudah ada, program itu juga mempromosikan pembangunan kapasitas dan infrastruktur di sektor kelautan di Indonesia dan Jerman yang menunjang pendidikan dan perhatian dari masyarakat. Program ini dilaksanakan melalui kerja sama dengan mitra yang berasal dari beberapa universitas di Indonesia dan Jerman, lembaga riset pemerintah dan sektor swasta untuk membangun jaringan dari kelompok‐kelompok terkait untuk mempromosikan dan memperkuat kemitraan pemerintah‐swasta dalam manajamen sumberdaya pantai dan dalam memecahkan masalah‐masalah daerah pantai yang mempunyai kepentingan umum.

Ia berharap jaringan seperti ini dapat menjadi pusat fokus untuk jaringan‐jaringan lokal untuk riset kelautan, pengembangan, dan pendidikan. Program SPICE telah diimplementasikan tahun 2003 sampai tahun 2007 pada tahap pertama dengan menyediakan informasi penting tentang struktur dan fungsi dari ekosistem‐ekosistem pantai dan laut meliputi pohon bakau, terumbu karang, sistem‐sistem pelagis di pantai maupun rawa gambut, dan perubahannya berasal dari intervensi manusia. Hasil‐hasil itu telah diterapkan dalam kebijaksanaan manajemen oleh dinas‐dinas perencanaan lokal. Riset ini juga melakukan pengembangan proyek‐proyek yang berkaitan dengan teknologi‐teknologi baru untuk daerah‐daerah pantai di laut dalam. Program SPICE juga telah membangun "MERMAID" yang merupakan stasiun untuk memantau mutu air di Sungai Brantas, Jawa Timur. Stasiun itu juga ditujukan sebagai "pilot project " untuk alih teknologi dari Eropa ke Asia, mengingat teknologi ini telah dilaksanakan dengan sukses di perairan Eropa. Luky Adrianto menambahkan lokakarya dua hari (14-15/4) di PKSPL IPB itu menghadirkan para ilmuwan dari kedua negara yang memaparkan hasil-hasil penelitian di kedua negara.(T.A035//E011/R009)

Sumber: Antara

Tuesday, April 13, 2010

Gunakan Jari untuk Pelajari Matematika

Matematika, bagi sebagian pelajar masih menjadi pelajaran yang sulit dan menakutkan. Tetapi, jika dilakukan dengan rasa senang dan tanpa beban, pelajar bisa mempelajarinya tanpa rasa takut. "Guru dan orang tua harus menjadi orang pertama yang menanamkan kepada pelajar tentang konsep mempelajari matematika sebagai pelajaran yang gampang," kata M. Jasin, penulis buku Jari Magic, kepada wartawan koran ini di sela-sela bedah buku dalam pameran buku di gedung Serbaguna, kemarin (11/4). Menurut dia, faktor utama matematika dianggap sulit sebenarnya terletak pada metode pengajarannya yang monoton dan terlalu formal. Dalam buku Jari Magic, disajikan metode yang menghibur dan disukai siswa melalui permainan tangan yang praktis dan lucu. Pria asal Pasuruan ini mengungkapkan, konsep bahwa matematika gampang dan mudah harus diucapkan dengan kata yang positif. Misalnya, kamu bisa, semangat, jangan menyerah, serta dengan kata-kata yang menggugah otak siswa untuk menyenangi pelajaran matematika. Selain itu, lanjut Jasin, mempelajari matematika harus diawali pada matematika yang dasar, misalnya menanamkan konsep perkalian itu apa? "Atau, sebagai penjumlahan berulang-ulang," paparnya. Misalnya, perkalian yang paling dasar dipelajari dengan menggunakan jari, sebagai metode yang mudah dan menarik. Dengan menggunakan rumus perkalian komulatif yang diformulasikan dalam tabel perkalian. "Siswa diajak untuk mempelajari perkalian yang paling mudah, misalnya perkalian 0, 1, dan 10. Selanjutnya, perkalian yang sulit dilakukan menggunakan jari dengan metode menyenangkan," papar guru SMK Muhammadiyah, Pasuruan, ini. (tis/fiq)

Sumber: radar Bojonegoro

Sunday, April 11, 2010

Pramuka Perlu Revitalisasi

Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka,. Azrul Azwar, mengatakan, Pramuka sebagai organisasi pendidikan perlu revitalisasi. "Akhir-akhir ini Pramuka kurang diminati, untuk itu kita perlu menghidupkan kembali semua kegiatan Pramuka," katanya kepada wartawan seusai meresmikan Gedung Pramuka Kwartir 2919 Keerom, di Arso ibukota Kabupaten Keerom, Minggu. Ia mengatakan, sesuai dengan anjuran Presiden Republik Indonesia (RI), Susilo Bambang Yudhoyono, agar Pramuka melakukan revitalisasi bahwa semua kegiatan kepramukaan agar dihidupkan kembali, maka seluruh kegiatan Pramuka akan dihidupkan kembali. Untuk menarik semua anggotanya kembali ikut serta didalam gerakan Pramuka terutama generasi muda Indonesia. Menurutnya, di organisasi Pramuka cukup banyak kegiatan yang dilakukan, baik berupa kegiatan keagamaan, pembinaan mental, keterampilan. Ia mengatakan, kesemuanya ini bisa menjadi bekal bagi anggotanya, sehingga mampu hidup mandiri, menciptakan usaha ekonomi, mewujudkan lapangan kerja paling tidak bagi dirinya sendiri dan menciptakan anggotanya yang bermartabat. "Diharapkan kepada semua Kwarda agar menghidupkan dan meningkatkan kembali semua kegiatan Pramuka sampai di tingkat bawah," ujarnya Di tempat yang sama Ketua Kwartir Gerakan Pramuka Daerah Provinsi Papua Alex Hesegem, mengharapkan kepada Kwarcab Kabupaten Keerom agar memanfaatkan dengan baik gedung Pramuka Kwarcab 2919 yang baru diresmikan itu.

Sebagai tempat pembinaan generasi muda pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya yang ada di Kabupaten Keerom, menjadi manusia Indonesia yang bermartabat, sopan santun dengan program yang teratur dan berkesinambungan. Dengan harapan melahirkan anak Indonesia yang berjiwa sehat, berjiwa Pancasilais, partiotik, dan berjiwa pendidik didalam semua aktifitasnya. "Mendidik pemimpin, anak bangsa yang mempunyai ilmu sopan santun didalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah di Pramuka," katanya. Pada acara peresmian gedung Pramuka dirangkaikan dengan penganugrahan tanda penghargaan lencana Melati Nomor 2615 Gerakan Pramuka kepada Bupati Kabupaten Keerom Drs. Celsius Watae, dan Lencana Darma Bakti Gerakan Pramuka kepada Kariman, S.Pd, oleh Kwarnas Azrul Aswar.(T.KR-HLM/I006/P003)

Sumber: Antara

Followers